Blogger news

Minggu, 07 Juli 2013

CARA TERNAK AYAM KAMPUNG

0 komentar

CARA TERNAK AYAM KAMPUNG
ternak-ayam-kampung-intensif

Ayam kampung sesungguhnya memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Namun hal itu belum bisa menjadi sumber ekonomi yang diandalkan untuk saat itu. Problem tersebut lebih disebabkan karena manajemen bisnis ternak ayam kampung yang belum efektif dan efisien. Menurut Prof Edjeng Suprijatna, Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, ketidak efektifan ternak ayam kampung selama ini adalah pada sistem pemeliharaan yang dibuat secara umbaran. Pada model pemeliharaan ayam semacam ini, menurutnya penyakit sulit dikontrol dan efisiensi pakan juga sangat rendah, sehingga tidak menguntungkan. Menurut Prof Edjeng Suprijatna, cara agar ternak ayam kampung lebih menguntungkan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bahkan berpotensi ekspor adalah dengan ternak ayam kampung yang dikandangkan. Ini penting untuk memudahkan pengontrolan terhadap penyakit dan kesehatannya lebih terjaga. Seperti diketahui selama ini penyakit “tahunan” kerap menyerang ternak ayam kampung umbaran secara sporadis. Keuntungan dari sistem ternak ayam kampung yang dikandangkan adalah tingkat kematian ayam kampung yang bisa ditekan secara significant. Selain masalah kesehatan, beberapa sifat buruk ayam kampung juga bisa dikurangi dengan model seperti ini. Misalnya saja sifat mengeram, dengan rekayasa genetik sifat mengeram ini bisa dikurangi. Sifat lain adalah sifat kanibal atau sifat agresif menyerang ayam lain. Sifat agresif bisa dikurangi dengan cara seleksi dan menggunaan kandang litter. Selain itu sifat agresif bisa dikurangi dengan penggunaan ransum dengan serat kasar tinggi, mengurangi kepadatan populasi dalam kandang dan membuat kandang tidak terlalu terang. Menurutnya agar kandang tidak terlalu terang pada siang hari kandang bisa diberi tirai. Solusi Agar Ternak Ayam Kampung Menguntungkan Usaha ternak ayam kampung selama ini masih menggunakan teknologi budidaya yang tradisional dan belum sesuai yang diharapkan dan memiliki produktivitas rendah. Karena itu Prof Ejeng menyarankan agar pengembangan peternakan ayam lokal harus merupakan usaha agribisnis. Perubahan-perubahan yang perlu dilakukan adalah peternak harus memilih usaha antara telur dan daging secara terpisah. Pemeliharaan ayam lokal sebagai penghasil daging / telur secara intensif melalui perbaikan manajemen pemeliharaan (ransum, vaksinasi, perkandangan), peningkatan skala usaha dan permodalan dapat menghasilkan tambahan pendapatan bagi peternak yang lebih besar. Spesialisasi ini terutama dapat dilakukan di daerah sekitar kota besar, seperti saat ini sudah mulai berkembang. Tetapi untuk daerah pelosok pedesaan sistem pemeliharaan masih merupakan gabungan untuk menghasilkan telur tetas atau telur konsumsi dan ayam potongan. Jika pola manajemen ternak ayam kampung telah dilakukan dengan baik maka tidak mustahil usaha ternak ayam kampung akan menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat. Tidak hanya itu produk ayam kampung menjadi komoditas yang bisa diekspor. Namun semuanya perlu perbaikan usaha ternak dari mulai pembibitan, pemeliharaan hingga pasca produksinya. Semoga sukses peternak Indonesia.
Continue reading ...

Selasa, 15 Mei 2012

Komunitas Pecinta Ayam Gaga

0 komentar
Komunitas Pecinta aAyam Gaga - Himpunan pelestarian ayama gaga (Hipag) Kota Parepare, adalah salah satu komunitas pecinta ayam gaga, yang terbilang unik dan memiliki kebiasaan tidak lazim. Berbeda dengan komunitas atau pecinta ayam gaga lainnya di Kota Parepare, Hipag yang beranggotakan sekitar seratusan orang tersebut, baru akan melatih ayam gaga saat malam hari.

Ketua Hipag, kota Parepare, Hariyanto mengatakan, dengan melatih ayam gaga di malam hari, bisa merangsang kualitas suara ayam. “Ada tiga tiga jenis suara ayam gaga, yang pertama, suara slow, artinya apabila ayam berbunyi di bawah empat ketukan, sedangkan suara dangdut, artinya bunyi ayam di atas delapan ketukan, yang terakhir dilihat dari kerajinan bunyi ayam tersebut, “ ungkap Hariyanto di sekretariat Hipag, Senin (14/5/2012/) malam.

Sejumlah pemilik ayam gaga yang tergabung dalam Hipag adalah pemilik ayam gaga, yang sering menjadi juara. “Kita berkumpul di sini melatih ayam kita, dari sifat demam panggung pada ayam, saat mereka di arena kontes,” ujar Nurdin, salah seorang anggota Hipag.

Hipag dibentuk sejak enam bulan yang lalu, tepatnya, bulan November 2011. Lembaga ini dibentuk sebagai ajang, tukar pendapat, terkait masalah ayam gaga. Meski usianya terbilang muda, Hipag ini sudah kerap kunjungi wisatawan mancanegara yang penasaran melihat aktivitas mereka. 
Continue reading ...

Ternak Ayam Arab

0 komentar
Ternak Ayam Arab - Peternak di Kota Tegal, Jawa Tengah, mulai mengembangkan budidaya ayam Arab, yang dinilai memiliki sejumlah keunggulan. Budidaya jenis ayam tersebut dilakukan Kelompok Ayam Melati, Kelurahan Krandon, Kecamatan Margadana, serta kelompok peternak di Kelurahan Tunon, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal, dalam sepekan terakhir.

Ayam Arab yang dikembangkan di wilayah tersebut berasal dari bantuan pemerintah pusat, melalui program penempatan dan perluasan kesempatan kerja (PPKK).

Jumlah ayam Arab yang dikembangkan dua kelompok tersebut sekitar 600 ekor, atau masing-masing 300 ekor untuk setiap kelompok.

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kota Tegal, Sumito, Kamis (10/5/2012), mengatakan, dipilihnya ayam Arab sebagai jenis ayam yang dikembangkan pada dua kelompok tersebut, karena ayam jenis itu dinilai memiliki beberapa keunggulan. Selain kadar proteinnya tinggi, ayam itu juga bisa menghasilkan telur secara terus-menerus, selama dua tahun.

"Rasa telur yang dihasilkan juga gurih, seperti halnya telur ayam kampung. Dan yang jelas, dipilihnya jenis ayam tersebut, karena memang usulan dari penerima bantuan," kata Sumito.

Menurut dia, dalam mengembangkan jenis ayam Arab tersebut, masing-masing kelompok mendapatkan bantuan senilai Rp 150 juta, antara lain terdiri dari ayam yang dipelihara, pakan ayam, bitamin, jamu, kandang, dan peralatan beternak.

Pengembangan ayam Arab juga dimaksudkan untuk menyediakan keterampilan kerja dan usaha produktif bagi tenaga kerja penganggur atau setengah penganggur, melalui sistem padat karya. Diharapkan, upaya tersebut akan meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Wakil Ketua Kelompok Ayam Melati, Kelurahan Krandon, Hadi Sucipto, mengatakan, pengembangan ayam Arab di wilayahnya melibatkan sekitar 20 orang . Usia ayam yang dipelihara sekitar lima bulan hingga enam bulan.

Dari 300 ekor ayam yang dipelihara, sebanyak 296 ekor ayam merupakan ayam betina, sedangkan empat ekor merupakan ayam pejantan.

Saat ini, lanjutnya, sebagian ayam sudah mulai bertelur. Dari 296 ekor ayam, telur yang dihasilkan mencapai 60 ekor per hari. Telur tersebut dijual pada sejumlah pedagang dan sejumlah supermarket seharga Rp 1.200 per butir hingga Rp 2.000 per butir.

Hadi berharap, budidaya jenis ayam Arab bisa ber jalan lancar, sehingga memberikan manfaat ekonomi bagi anggota kelompok. Dari 20 anggota kelompok yang terlibat dalam budidaya ayam tersebut, sebagian besar berasal dari warga yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan.
Continue reading ...
 

Copyright © Ternak Ayam Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger