Ternak ayam buras merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebagian besar masyarakat kita. Sebagian besar masyarakat kita baik yang berada di wilayah pedesaan maupun yang berada di wilayah pinggiran kota memelihara ternak ayam buras. Tujuan pemeliharaan ayam buras tersebut umumnya dalam skala kecil, yaitu hanya beberapa ekor saja sebagai tabungan jika sewaktu-waktu membutuhkan uang. Ternak ayam buras merupakan ternak yang lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan ayam ras. Ayam buras juga masih tetap bertahan walaupun diberikan pakan seadanya.
Meskipun demikian, ayam buras memiliki produktivitas yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan ayam ras. Hal tersebut dimungkinkan karena sistem pemeliharaan dan manajemen pakan yang kurang baik. Akan tetapi, pemeliharaan ayam buras ini tidak tergantung akan musim seperti pada tanaman pertanian, sehingga pemeliharaan ternak ini dapat dilakukan sepanjang tahun. Zainuddon dan Wahyu (1995) mengemukakan bahwa produksi telur ayam buras yang dipelihara secara intensif dapat mencapai 40% , sedangkan jika dipelihara sevara semi intensif produksi telurnya 29% (Soepeno et al., 1996) dan jika dipelihara secara ekstensif produksi telurnya hanya 13%.
Setiap usaha ternak tidak terkecuali usaha ternak ayam buras, pakan merupakan hal utama yang menentukan keberhasilan usaha. Tanpa mendapatkan asupan pakan yang cukup baik dari segi kualitas maupun kuantitas, maka produksi ternaknya akan terganggu. Jika pemeliharaan dilakukan secara intensif, pakan menyumbang biaya terbesar dalam proses produksi yang dapat mencapai 70%nya. Oleh karena itu, harga bahan baku akan sangat menentukan dari biaya pakan. Jika bahan bakunya masih impor tentu harga pakannya juga relatif lebih mahal dibandingkan dengan bahan pakan yang berasal dari negeri sendiri. Bahan baku yang sampai saat ini masih harus diimpor yaitu bungkil kedelai dan tepung ikan. Mengingat di negara kita, bahan tersebut masih bersaing dengan pemenuhan untuk kebutuhan manusia. Sedangkan bahan baku lokal sebagian besar merupakan ikutan dari usaha agroindustri yang umumnya memiliki kualitas yang rendah.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi beberapa problem diatas yaitu dengan cara memaksimalkan potensi sumberdaya pakan lokal. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan ransum dari bahan lokal yaitu kontinyuitas bahan yang memadai, kandungan gizi dan kualitas dari bahan pakan, zat antinutrisi yang terkandung pada bahan pakan dan harga bahan pakan tersebut di pasaran. Pemanfaatan bahan pakan lokal tersebut juga harus memperhatikan apakah bahan lokal tersebut perlu diolah terlebih dahulu, misalnya dilakukan fermentasi, dipanaskan, digiling dan perlakuan lain yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas nutrisi maupun daya cerna dari pakan yang bersangkutan.
Strategi pemberian pakan pada ayam buras juga harus memperhatikan dari umur ayam tersebut. Zainudin et al. (2000) menyatakan bahwa pemberian pakan pada ayam buras atau ayam lokal dapat diberikan dalam 4 periode, yaitu: (1) Periode starter, umur 1 hari – 8 minggu; (2) Periode grower-1, umur 8 – 12 minggu; (3) Periode Grower-2, umur 12 – 18 minggu; dan (4) Periode layer, umur diatas 18 minggu. Jika pemberian pakan tidak memenuhi kebutuhan atau kuantitas pakannya berlebihan, maka produktivitasnya akan terganggu. Semoga bermanfaat.
Meskipun demikian, ayam buras memiliki produktivitas yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan ayam ras. Hal tersebut dimungkinkan karena sistem pemeliharaan dan manajemen pakan yang kurang baik. Akan tetapi, pemeliharaan ayam buras ini tidak tergantung akan musim seperti pada tanaman pertanian, sehingga pemeliharaan ternak ini dapat dilakukan sepanjang tahun. Zainuddon dan Wahyu (1995) mengemukakan bahwa produksi telur ayam buras yang dipelihara secara intensif dapat mencapai 40% , sedangkan jika dipelihara sevara semi intensif produksi telurnya 29% (Soepeno et al., 1996) dan jika dipelihara secara ekstensif produksi telurnya hanya 13%.
Setiap usaha ternak tidak terkecuali usaha ternak ayam buras, pakan merupakan hal utama yang menentukan keberhasilan usaha. Tanpa mendapatkan asupan pakan yang cukup baik dari segi kualitas maupun kuantitas, maka produksi ternaknya akan terganggu. Jika pemeliharaan dilakukan secara intensif, pakan menyumbang biaya terbesar dalam proses produksi yang dapat mencapai 70%nya. Oleh karena itu, harga bahan baku akan sangat menentukan dari biaya pakan. Jika bahan bakunya masih impor tentu harga pakannya juga relatif lebih mahal dibandingkan dengan bahan pakan yang berasal dari negeri sendiri. Bahan baku yang sampai saat ini masih harus diimpor yaitu bungkil kedelai dan tepung ikan. Mengingat di negara kita, bahan tersebut masih bersaing dengan pemenuhan untuk kebutuhan manusia. Sedangkan bahan baku lokal sebagian besar merupakan ikutan dari usaha agroindustri yang umumnya memiliki kualitas yang rendah.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi beberapa problem diatas yaitu dengan cara memaksimalkan potensi sumberdaya pakan lokal. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan ransum dari bahan lokal yaitu kontinyuitas bahan yang memadai, kandungan gizi dan kualitas dari bahan pakan, zat antinutrisi yang terkandung pada bahan pakan dan harga bahan pakan tersebut di pasaran. Pemanfaatan bahan pakan lokal tersebut juga harus memperhatikan apakah bahan lokal tersebut perlu diolah terlebih dahulu, misalnya dilakukan fermentasi, dipanaskan, digiling dan perlakuan lain yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas nutrisi maupun daya cerna dari pakan yang bersangkutan.
Strategi pemberian pakan pada ayam buras juga harus memperhatikan dari umur ayam tersebut. Zainudin et al. (2000) menyatakan bahwa pemberian pakan pada ayam buras atau ayam lokal dapat diberikan dalam 4 periode, yaitu: (1) Periode starter, umur 1 hari – 8 minggu; (2) Periode grower-1, umur 8 – 12 minggu; (3) Periode Grower-2, umur 12 – 18 minggu; dan (4) Periode layer, umur diatas 18 minggu. Jika pemberian pakan tidak memenuhi kebutuhan atau kuantitas pakannya berlebihan, maka produktivitasnya akan terganggu. Semoga bermanfaat.
Priyono, S.Pt
Alumnus Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman
Mahasiswa Magister Ilmu Ternak Universitas Diponegoro
Alumnus Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman
Mahasiswa Magister Ilmu Ternak Universitas Diponegoro
0 komentar:
Posting Komentar