Untuk mendapatkan suhu yang akurat dalam penetasan, penulis menggunakan sensor panas saat induk mengerami telurnya. Dari pengamatan berkali-kali dari induk ayam yang sedang mengerami telurnya bahwa suhu yang diperlukan dalam penetasan selalu meningkat. Peningkatan itu seiring dengan semakin tingginya metabolisme yang terjadi didalam embrio.
Suhu yang diperlukan selama proses penetasan.
Dari data diatas, diketahui bahwa kisaran suhu dalam proses penetasan sebaiknya dibuat stabil, yaitu tidak boleh lebih 0,125-0,5 derajat celcius dari suhu acuan tabel. Fluktuasi suhu yang besar akan mengakibatkan daya tetas telur dan kualitas DOC yang dihasilkan menjadi menurun. Untuk wilayah yang sering mengalami mati listrik sebaiknya tidak menggunakan listrik sebagai sumber bahan bakar mesin tetas agar tidak terjadi fluktuasi suhu yang besar.
Senbenarnya, selama proses penetasan, suhu mesin bisa dibuat seragam 38,9 derajat celcius. Namun, jumlah telur yang menetas akan berkurang 10% dibandingkan jumlah telur yang menetas pada sistem suhu seperti tabel diatas. Karena itu,kisaran suhu pada mesin tetas sederhana harus disesuaikan dengan tabel diatas. Pengecekan yang teliti terhadap fluktuasi suhu yang terjadi juga perlu dilakukan agar kestabilan suhu tetap terjaga. Hal ini disebabkan mesin tetas manual mudah terpengaruh oleh suhu lingkungan.
Pengecekan suhu mesin tetas sederhana perlu dilakukan pada pukul 07.00, 11.00, 16.00 dan 21.00. Suhu pada pukul 11.00 dan 14.00 perlu diperhatikan karena pada rentang waktu tersebut terjadi fluktuasi suhu hingga 2 derajat Celcius. Sementara, pada pukul 07.00 dan 21.00 adalah saat terjadinya peralihan suhu dari dingin ke panas atau dari panas ke dingin, serta terjadinya perubahan dari malam ke siang dan dari siang ke malam.
Suhu yang terlalu panas pada mesin tetas dapat menyebabkan telur mengalami dehidrasi, sehingga DOC akan mengalami kekerdilan dan mortalitas yang tinggi.
Suhu yang diperlukan selama proses penetasan.
Hari Ke | Temperatur (derajat Celcius) |
1-2 | 36,67 |
3-4 | 37,22 |
5-7 | 37,78 |
8-10 | 38,33 |
11-16 | 38,89 |
17-21 | 39,44-40 |
Dari data diatas, diketahui bahwa kisaran suhu dalam proses penetasan sebaiknya dibuat stabil, yaitu tidak boleh lebih 0,125-0,5 derajat celcius dari suhu acuan tabel. Fluktuasi suhu yang besar akan mengakibatkan daya tetas telur dan kualitas DOC yang dihasilkan menjadi menurun. Untuk wilayah yang sering mengalami mati listrik sebaiknya tidak menggunakan listrik sebagai sumber bahan bakar mesin tetas agar tidak terjadi fluktuasi suhu yang besar.
Senbenarnya, selama proses penetasan, suhu mesin bisa dibuat seragam 38,9 derajat celcius. Namun, jumlah telur yang menetas akan berkurang 10% dibandingkan jumlah telur yang menetas pada sistem suhu seperti tabel diatas. Karena itu,kisaran suhu pada mesin tetas sederhana harus disesuaikan dengan tabel diatas. Pengecekan yang teliti terhadap fluktuasi suhu yang terjadi juga perlu dilakukan agar kestabilan suhu tetap terjaga. Hal ini disebabkan mesin tetas manual mudah terpengaruh oleh suhu lingkungan.
Pengecekan suhu mesin tetas sederhana perlu dilakukan pada pukul 07.00, 11.00, 16.00 dan 21.00. Suhu pada pukul 11.00 dan 14.00 perlu diperhatikan karena pada rentang waktu tersebut terjadi fluktuasi suhu hingga 2 derajat Celcius. Sementara, pada pukul 07.00 dan 21.00 adalah saat terjadinya peralihan suhu dari dingin ke panas atau dari panas ke dingin, serta terjadinya perubahan dari malam ke siang dan dari siang ke malam.
Suhu yang terlalu panas pada mesin tetas dapat menyebabkan telur mengalami dehidrasi, sehingga DOC akan mengalami kekerdilan dan mortalitas yang tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar