Peternak ayam pedaging dan petelur yang tergabung dalam Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI) mendesak pemerintah untuk memproteksi impor daging paha ayam atau CLQ (Chicken Leg Quorter). Jika tidak, usaha peternakan unggas di Indonesia yang kebanyakan UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) akan gulung tikar.
“Kami meminta dukungan anggota Komisi IV DPR RI untuk mendesak pemerintah akan melakukan proteksi terhadap impor CLQ. Apalagi produksi CLQ di Indonesia masih sedikit dibanding Amerika,” kata Ketua FMPI Don P Utoyo dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi IV DPR RI, Kamis (21/1).
Dia menyebutkan, produksi daging ayam di Amerika mencapai 17 juta ton dan CLG sekitar 2-3 juta ton. Di Indonesia sendiri produksi daging ayamnya hanya sekitar 4,5 juta ton dan CLQ 1 juta ton.
“Ya bisa dibayangkan jika pemerintah mengimpor CLQ ke Indonesia, kami bisa mati,” keluhnya.Pemerintah menurut Don, tidak harus melakukan impor. Sebab, produksi daging ayam, CLQ, dan telur masih bisa dipenuhi dalam negeri.
Sementara Komisi IV mendukung FMPI yang melarang impor CLQ. Seperti yang diutarakan Agung Djelantik Sanjaya. “Kami setuju untuk melarang impor CLQ. Buat apa impor sementara kebutuhan dalam negeri masih bisa terpenuhi. Lagipula dengan impor, banyak peternak yang kehilangan pasar karena CLQ impor lebih murah hanya sekita 45 sen dolar Amerika,” tandasnya. (esy/jpnn)
“Kami meminta dukungan anggota Komisi IV DPR RI untuk mendesak pemerintah akan melakukan proteksi terhadap impor CLQ. Apalagi produksi CLQ di Indonesia masih sedikit dibanding Amerika,” kata Ketua FMPI Don P Utoyo dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi IV DPR RI, Kamis (21/1).
Dia menyebutkan, produksi daging ayam di Amerika mencapai 17 juta ton dan CLG sekitar 2-3 juta ton. Di Indonesia sendiri produksi daging ayamnya hanya sekitar 4,5 juta ton dan CLQ 1 juta ton.
“Ya bisa dibayangkan jika pemerintah mengimpor CLQ ke Indonesia, kami bisa mati,” keluhnya.Pemerintah menurut Don, tidak harus melakukan impor. Sebab, produksi daging ayam, CLQ, dan telur masih bisa dipenuhi dalam negeri.
Sementara Komisi IV mendukung FMPI yang melarang impor CLQ. Seperti yang diutarakan Agung Djelantik Sanjaya. “Kami setuju untuk melarang impor CLQ. Buat apa impor sementara kebutuhan dalam negeri masih bisa terpenuhi. Lagipula dengan impor, banyak peternak yang kehilangan pasar karena CLQ impor lebih murah hanya sekita 45 sen dolar Amerika,” tandasnya. (esy/jpnn)
Sumber : JPNN
0 komentar:
Posting Komentar