Di dalam putih telur terdapat suatu zat protein yang dapat memberikan pengaruh-pengaruh negatif bagi tubuh, karena kemampuannya untuk mengikat biotin (suatu vitamin). Biotin akan terikat kuat oleh avidin sehingga tidak dapat diserap oleh usus dan akhirnya dikeluarkan bersama feses.
Keracunan oleh avidin memberikan gejala sebagai berikut : dermatitis, kebotakan dan kelainan syaraf. Dosis keracunan selain dipengaruhi oleh aktivitas avidin dalam telur (dipengaruhi oleh proses pengolahan/pemanasan) dan jumlah telur yang dikonsumsi, juga sangat dipengaruhi oleh kadar biotin dari makanan lain yang dikonsumsi, serta status biotin dalam darah. Sehingga tidak setiap orang yang mengkonsumsi telur akan menderita keracunan.
Avidin dapat dihancurkan aktivitasnya dengan cara memanaskan pada suhu 18 o C selama 5 menit (pada suhu yang lebih tinggi diperlukan waktu pemanasan yang lebihn singkat), kecuali untuk telur yang telah mengalami fermentasi (misalnya telur “1000 tahun” dari Cina) yang memerlukan waktu pemanasan 18 kali lebih lama. Karena itu avidin seringkli disebut juga sebagai “ Chinese dried egg white injury factor”.
Ovomukoid juga merupakan protein yang terdapat dalam putih telur (mentah), karena kemampuannya untuk menginaktifkan enzim pencernaan protein (yaitu tripsin). Daya cerna yang rendah menunjukkan makin banyak bagian makanan yang terbuang ke feses.
Tidak seperti halnya dengan avidin, ovomukoid merupakan protein yang relatif lebih stabil terhadap pemanasan. Sekitar 90% aktivitasnyadapat dihancurkan dengan pemanasan pada suhu 80 o C selama 30 menit, dan seluruh aktivitasnya akan hilang dengan pemanasan pada suhu 90 o C selama 15 menit. Penelitian-penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa enzim tripsin manusia tidak dipengaruhi aktivitasnya oleh ovomukoid.
Salmonella adalah suatu bakteri yang dapat menimbulkan keracunan ( Salmonella Food poisoning ), dengan gejala-gejala seperti mual-mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, kedinginan, demam, dan diare.
Bakteri ini dapat mengkontaminasi telur sewaktu masih dalam indung telur ayam, tetapi yang paling sering terjadia adalah setelah telur dikeluarkan, terutama apabila kebersihan kandang dan lingkungan kurang diperhatikan. Pencucian telur dapat mempertinggi resiko masuknya bakteri ke dalam telur, karena itu sebaiknya dipilih telur yang bersih (tidak terkena kotoran ayam).
Salmonella dapat diinaktifkan dengan pemanasan. Untuk menghindari terjadinya keracunan oleh Salmonella, Departemen Pertanian Amerika serikat (USDA) mengharuskan melakukan pemanasan (pasteurisasi) selama 3,5 menit pada suhu 56,70 o C atau 6,2 menit pada suhu 55,50 o C untuk putih telur, atau 6,2 menit pada suhu 60 o C untuk telur utuh (campuran putih telur dan kuning telur).
Keracunan oleh avidin memberikan gejala sebagai berikut : dermatitis, kebotakan dan kelainan syaraf. Dosis keracunan selain dipengaruhi oleh aktivitas avidin dalam telur (dipengaruhi oleh proses pengolahan/pemanasan) dan jumlah telur yang dikonsumsi, juga sangat dipengaruhi oleh kadar biotin dari makanan lain yang dikonsumsi, serta status biotin dalam darah. Sehingga tidak setiap orang yang mengkonsumsi telur akan menderita keracunan.
Avidin dapat dihancurkan aktivitasnya dengan cara memanaskan pada suhu 18 o C selama 5 menit (pada suhu yang lebih tinggi diperlukan waktu pemanasan yang lebihn singkat), kecuali untuk telur yang telah mengalami fermentasi (misalnya telur “1000 tahun” dari Cina) yang memerlukan waktu pemanasan 18 kali lebih lama. Karena itu avidin seringkli disebut juga sebagai “ Chinese dried egg white injury factor”.
Ovomukoid juga merupakan protein yang terdapat dalam putih telur (mentah), karena kemampuannya untuk menginaktifkan enzim pencernaan protein (yaitu tripsin). Daya cerna yang rendah menunjukkan makin banyak bagian makanan yang terbuang ke feses.
Tidak seperti halnya dengan avidin, ovomukoid merupakan protein yang relatif lebih stabil terhadap pemanasan. Sekitar 90% aktivitasnyadapat dihancurkan dengan pemanasan pada suhu 80 o C selama 30 menit, dan seluruh aktivitasnya akan hilang dengan pemanasan pada suhu 90 o C selama 15 menit. Penelitian-penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa enzim tripsin manusia tidak dipengaruhi aktivitasnya oleh ovomukoid.
Salmonella adalah suatu bakteri yang dapat menimbulkan keracunan ( Salmonella Food poisoning ), dengan gejala-gejala seperti mual-mual, muntah, sakit perut, sakit kepala, kedinginan, demam, dan diare.
Bakteri ini dapat mengkontaminasi telur sewaktu masih dalam indung telur ayam, tetapi yang paling sering terjadia adalah setelah telur dikeluarkan, terutama apabila kebersihan kandang dan lingkungan kurang diperhatikan. Pencucian telur dapat mempertinggi resiko masuknya bakteri ke dalam telur, karena itu sebaiknya dipilih telur yang bersih (tidak terkena kotoran ayam).
Salmonella dapat diinaktifkan dengan pemanasan. Untuk menghindari terjadinya keracunan oleh Salmonella, Departemen Pertanian Amerika serikat (USDA) mengharuskan melakukan pemanasan (pasteurisasi) selama 3,5 menit pada suhu 56,70 o C atau 6,2 menit pada suhu 55,50 o C untuk putih telur, atau 6,2 menit pada suhu 60 o C untuk telur utuh (campuran putih telur dan kuning telur).
0 komentar:
Posting Komentar